Koleksi

Koleksi

Rabu, 09 Januari 2013

Teknik Konseling Nonverbal


Selain menggunakan teknik konseling verbal, konselor pun harus mampu menggunakan teknik konseling non verbal. Dengan menguasai teknik non verbal konselor dapat menangkap isyarat/pesan konseli yang belum terungkapkan secara verbal. Penggunaan teknik ini harus memiliki kesesuaian antara apa yang di ungkapkan oleh konselor dengan perilaku yang tampak di hadapan konseli berikut ini adalah teknik-teknik Non verbal:
1.      Anggukan kepala: untuk menyatakan sependapat, setuju, searah dengan jalaan yang di ungkapkan konseli.
2.      Senyum : untuk menyatakan sikap menerima biasanya pada saat menyambut kedatangan konseli.
3.      Tatapan mata: untuk menyatakan sikap sedang memperhatikan. Tentunya tatapan mata yang dimaksud adalah menatap/memperhatikan ke arah seluruh wajah konseli.
4.      Intonasi suara: untuk menyatakan kesesuaian pembicaraan dengan konsel.
5.      Ekspresi muka: untuk mendukung reaksi-reaksi yang di ungkapkan konseli.
6.      Diam: untuk menyatakan/mempersilahkan konseli untuk terus melanjutkan pembicaraan atau empati terhadap ungkapan perasaan konseli. Diam bukan berarti membiarkan konseli . diam adalah sikap menghargai.
7.      Gerakan tangan: untuk memperkuat/mendukung apa yang diucapkan konselor secara verbal.
8.      Gerakan bibir: gerakan bibir harus dilakukan secara wajar jika konselor tidak berbicara karena gerakan bibir yang berlebihan bisa menimbulkan efek sikap negatif bagi konseli.
9.      Pakayan: pakayan konselor akan sangat mendukung dalam proses konseling. Jika konselor menggunakan pakayan yang rapi, bersih, wangi, dan sesuai, konseli akan sangat merasa nyaman berbicara dengan konselor.
10.  Jarak tempat duduk: konselor harus tepat dalam mengatur jarak duduk dengan konseli. Karena jika yerlalu jauh akan terkessan menolak, jika terlalu dekat konseli pun tidak merasa nyaman. (Arintako. 2011:22).
Penggunaan teknik-teknik non verbal ini akan sangat membantu dalam proses konseling. Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa teknik-teknik non verbal sangat penting untuk dilakukan yaitu:
1.      Faktor non verbal sangat menentukan makna komunikasi interpersonal
2.      Perasaan dan emosi lebih di cermati jika disampaikan lewat pesan non verbal daripada pesan verbal.
3.      Pesan non verbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.
4.      Pesan non verbal menyampaikan fungsi metakomunikaatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
5.      Pesan non verbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien daripada pesan verbal
6.      Pasan verbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.  Leather (dalam Arintako. 2011:24-25)
Referensi:  Artiko. (2011) wawancara konseling di seekolah. Yogyakarta: ANDI

Kualitas Konselor


Kualitas pribadi dan profesional seorang konselor sangatlah penting dalam memfasilitasi hubungan yang sifatnya memberi bantuan. Okun dan Kantrrowitz (2008) mencatat bahwa sangatlah sulit untuk memisahkan karakteristik kepribadian si penolong dari tingkat dan gayang dalam bekerja, karena keduanya saling berhubungan. Kemudian mereka menyebutkan lima karakteristik yang harus dimiliki penolong : mawas diri, jujur, selaras, mampu berkomunikasi, dan berpengetahuan.
Konselor yang terus menerus mengembangkan kemampuan mawas dirinya selalu bersentuhan dengan nilai-nilai, pikiran, dan perasaannya. Dia mempunyai persepsi yang jernih tentang kebutuhan klien dan diri sendiri, dan menilai keduanya secara akurat. Mawas diri semacam itu dapat membantu konselor jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain. Konselor dapat lebih selaras dan membangun rasa saling percaya secara berkelanjutan. Konselor yang mempunyai pengetahuan tersebut lebih dapat berkomunikasi secara jelas dan akurat.
Tiga karakteristik lain yang membuat konselor awalnya menjadi lebih berpengaruh adalah keahlian, ketertarikan, dan dapat dipercaya (Strong, 19680. Keahlian adalah tingkat dimana seorang konselor digambarkan sebagai seorang yang berpengetahuan dan melek informasi mengenai spesialisasinya. Konselor mempertunjukkan bukti-bukti kemampuannya di dalam kantornya, seperti misalnya ijazah dan sertifikat, biasanya dianggap lebih kredibel daripada konselor yang tidak dan akibatnya, dianggap lebih efektif (Loesch, 1984; Siegal & Sell, 1978). Klien menginginkan konselor yang tampak mengetahui profesinya dengan baik.
Ketertarikan adalah fungsi dari kesamaan yang trasakan antara konseli dan konselor selain fitur fisik. Konselor dapat membuat dirinya menarik dengan berbicara dalam kalimat-kalimat yang jelas, simple, tanpa jargon, dan menawarkan pengungkapan diri yang tepat (Watkins & Schenider, 1989). Cara konselor menyambut konseli dan tetap menjaga kontak mata juga  dapat menaikkan tingkat ketertarikan. Konselor yang menggunakan petunjuk nonverbal dalam menanggapi konselinya, seperti anggukan kepala dan kontak mata misalnya, dianggap lebih menarik daripada yang tidak 9Claiborn, 1979; LaCross, 1975).
Sumber :
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks

Pembinaan Hubungan Rapport dalam Proses Konseling


Dalam pembinaan Repport dalam pernikahan merupakan kunci awal bagi keberhasilan konseling. Antara konseli dan konselor adakalanya belum saling mengenal . konselor diharapkan dapat menciptakan suatu perkenalan yang memungkinkan terbangun kedekatan dan kepercayaan konseli.
            Dalam pembinaan hubungan dengan konseli, konselor dapat melakukan perkenalan secara lisan. Konselor memperkenalkan diri secara “sederhana”. Yang tidak memberi kesan bahwa konselor lebih tinggi statusnya dari seorang konseli. Dan konseli tidak merasa bahwa dirinya yang bersalah dan berstatus rendah. Kesan ini harus dijaga untuk menghindari konseli merasa  sangat tidak berdaya dan menggantungkan diri pada kekuatan konselor dalam menyelesaikan masalahnya. Namun demikian, konselor juga tidak perlu berlebihan merendahkan diri.
            Pada tahap ini konselor membina hubungan baik dengan konseli dengan cara menunjukan perhatian , penerimaan, penghargaan, dan pemahaman empatik. Ini saat pertama konselor bergabung dengan konseli yang akan dibantu meningkatkan fungsinya.
            Apabila konseli ddekat dan percaya kepada konselor,  ia akan bersedia membuka diri lebih jauh untuk mengemukakan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Tujuan pada tahap inidapat membangun hubungan yang akrab, hangat, dan percaya antara konselor dengan konseli, sehingga konseli dengan suka rela termotivasi untuk mengikuti proses konseling sampai selesai.
            Setelah terbina hubungan yang akrab antara konselor dengan konseli, konselor dapat memastikan kepada konseli apakah hubunganya akan diteruskan sampai masalahnya betul-betul tuntas atau mau menghentikan hubungan. Biasanya konseli yang telah menjalin keakraban hubungan, akan meminta konselor untuk meneruskan hubungan. Apabila telah ada kesediaan dari konseli untuk melanjutkan hubungan konseling, selanjutnya konselor dapat menawarkan secara lisan atau tertulis kepada konseli tentang aturan main yang dissepakati bersama, mencakup berapa lama pertemuan, kapan waktu petemuan, dan setiap berapa hari/minggu pertemuan dilakukan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengikuti proses konseling, dan lain-lain. (Nurhayati, 20011:194-195)
Sumber :
 Nurhayati, Eti.(2011) bimbingan konseling dan psikoterapi inovatif. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Perwujudan Perilaku Belajar


Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sependapat atau sekurang-kurangnyaterdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-hal yang prinsipal. Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan bagaimana perwujudannya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam di antara para ahli itu. Meskipun demikian, berikut ini pendapat sekelompok ahli yang relatif lebih lengkap mengenai perilaku belajar. Pemakaian pendapat sekelompok ahli ini tidak berarti mengecilkan pendapat kelompok ahli lainnya.
1.    Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
2. Keterampilan
Keterampilan ialah kegitan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesedaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
3. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seseorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
4. berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar.
5. Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan.dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum dan ramalan-ramalan. Dalam hal ini berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.
6. Sikap
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujuduan perilaku belajar siswa akan ditandai denngan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek, tata nilai, pristiwa dan sebagainya.
7. Inhibisi
Secara ringkas, inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika dia berinteraksi dengan lingkunnya.
8. Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda, baik abstrak maupun konkret yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah efektif yang pada umunya ditujukan pada karya-karya seni budaya : seni sastra, seni musik, seni lukis, drama, dan sebagainya.
9. Tingkah Laku Efektif
Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, dia juga dapt dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
Sumber :
Syah, muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA