Koleksi

Koleksi

Rabu, 09 Januari 2013

Kualitas Konselor


Kualitas pribadi dan profesional seorang konselor sangatlah penting dalam memfasilitasi hubungan yang sifatnya memberi bantuan. Okun dan Kantrrowitz (2008) mencatat bahwa sangatlah sulit untuk memisahkan karakteristik kepribadian si penolong dari tingkat dan gayang dalam bekerja, karena keduanya saling berhubungan. Kemudian mereka menyebutkan lima karakteristik yang harus dimiliki penolong : mawas diri, jujur, selaras, mampu berkomunikasi, dan berpengetahuan.
Konselor yang terus menerus mengembangkan kemampuan mawas dirinya selalu bersentuhan dengan nilai-nilai, pikiran, dan perasaannya. Dia mempunyai persepsi yang jernih tentang kebutuhan klien dan diri sendiri, dan menilai keduanya secara akurat. Mawas diri semacam itu dapat membantu konselor jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain. Konselor dapat lebih selaras dan membangun rasa saling percaya secara berkelanjutan. Konselor yang mempunyai pengetahuan tersebut lebih dapat berkomunikasi secara jelas dan akurat.
Tiga karakteristik lain yang membuat konselor awalnya menjadi lebih berpengaruh adalah keahlian, ketertarikan, dan dapat dipercaya (Strong, 19680. Keahlian adalah tingkat dimana seorang konselor digambarkan sebagai seorang yang berpengetahuan dan melek informasi mengenai spesialisasinya. Konselor mempertunjukkan bukti-bukti kemampuannya di dalam kantornya, seperti misalnya ijazah dan sertifikat, biasanya dianggap lebih kredibel daripada konselor yang tidak dan akibatnya, dianggap lebih efektif (Loesch, 1984; Siegal & Sell, 1978). Klien menginginkan konselor yang tampak mengetahui profesinya dengan baik.
Ketertarikan adalah fungsi dari kesamaan yang trasakan antara konseli dan konselor selain fitur fisik. Konselor dapat membuat dirinya menarik dengan berbicara dalam kalimat-kalimat yang jelas, simple, tanpa jargon, dan menawarkan pengungkapan diri yang tepat (Watkins & Schenider, 1989). Cara konselor menyambut konseli dan tetap menjaga kontak mata juga  dapat menaikkan tingkat ketertarikan. Konselor yang menggunakan petunjuk nonverbal dalam menanggapi konselinya, seperti anggukan kepala dan kontak mata misalnya, dianggap lebih menarik daripada yang tidak 9Claiborn, 1979; LaCross, 1975).
Sumber :
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar