Kualitas pribadi dan profesional
seorang konselor sangatlah penting dalam memfasilitasi hubungan yang sifatnya
memberi bantuan. Okun dan Kantrrowitz (2008) mencatat bahwa sangatlah sulit
untuk memisahkan karakteristik kepribadian si penolong dari tingkat dan gayang
dalam bekerja, karena keduanya saling berhubungan. Kemudian mereka menyebutkan
lima karakteristik yang harus dimiliki penolong : mawas diri, jujur, selaras,
mampu berkomunikasi, dan berpengetahuan.
Konselor yang
terus menerus mengembangkan kemampuan mawas dirinya selalu bersentuhan dengan
nilai-nilai, pikiran, dan perasaannya. Dia mempunyai persepsi yang jernih
tentang kebutuhan klien dan diri sendiri, dan menilai keduanya secara akurat. Mawas
diri semacam itu dapat membantu konselor jujur terhadap diri sendiri maupun
orang lain. Konselor dapat lebih selaras dan membangun rasa saling percaya
secara berkelanjutan. Konselor yang mempunyai pengetahuan tersebut lebih dapat
berkomunikasi secara jelas dan akurat.
Tiga karakteristik
lain yang membuat konselor awalnya menjadi lebih berpengaruh adalah keahlian,
ketertarikan, dan dapat dipercaya (Strong, 19680. Keahlian adalah tingkat
dimana seorang konselor digambarkan sebagai seorang yang berpengetahuan dan
melek informasi mengenai spesialisasinya. Konselor mempertunjukkan bukti-bukti
kemampuannya di dalam kantornya, seperti misalnya ijazah dan sertifikat,
biasanya dianggap lebih kredibel daripada konselor yang tidak dan akibatnya,
dianggap lebih efektif (Loesch, 1984; Siegal & Sell, 1978). Klien menginginkan
konselor yang tampak mengetahui profesinya dengan baik.
Ketertarikan
adalah fungsi dari kesamaan yang trasakan antara konseli dan konselor selain
fitur fisik. Konselor dapat membuat dirinya menarik dengan berbicara dalam
kalimat-kalimat yang jelas, simple, tanpa jargon, dan menawarkan pengungkapan
diri yang tepat (Watkins & Schenider, 1989). Cara konselor menyambut
konseli dan tetap menjaga kontak mata juga
dapat menaikkan tingkat ketertarikan. Konselor yang menggunakan petunjuk
nonverbal dalam menanggapi konselinya, seperti anggukan kepala dan kontak mata
misalnya, dianggap lebih menarik daripada yang tidak 9Claiborn, 1979; LaCross,
1975).
Sumber :
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta:
Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar