Dalam hal
memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sependapat
atau sekurang-kurangnyaterdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-hal
yang prinsipal. Akan tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan bagaimana
perwujudannya, agaknya masih tetap merupakan teka-teki yang sering menimbulkan
silang pendapat yang cukup tajam di antara para ahli itu. Meskipun demikian,
berikut ini pendapat sekelompok ahli yang relatif lebih lengkap mengenai
perilaku belajar. Pemakaian pendapat sekelompok ahli ini tidak berarti
mengecilkan pendapat kelompok ahli lainnya.
1.
Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami
proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt
(1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons
dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar,
pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses
penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang
relatif menetap dan otomatis.
2. Keterampilan
Keterampilan ialah kegitan yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,
mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi
dan kesedaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
3. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman
belajar seseorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif
sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya
pengertian yang salah pula.
4. berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses
pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu
dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar
amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari
hasil belajar.
5. Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar
terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang
berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan.dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan
logika untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik
kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum dan
ramalan-ramalan. Dalam hal ini berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan
masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.
6. Sikap
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan
mental. Menurut Bruno (1987), sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap
untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.
Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap sebagai suatu
kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini,
perwujuduan perilaku belajar siswa akan ditandai denngan munculnya
kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek, tata
nilai, pristiwa dan sebagainya.
7. Inhibisi
Secara ringkas, inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan
timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang
berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi
adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika dia
berinteraksi dengan lingkunnya.
8. Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti
penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapannya, apresiasi
sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda, baik
abstrak maupun konkret yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah
efektif yang pada umunya ditujukan pada karya-karya seni budaya : seni sastra,
seni musik, seni lukis, drama, dan sebagainya.
9. Tingkah Laku Efektif
Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang,
benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari
pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, dia juga dapt dianggap sebagai
perwujudan perilaku belajar.
Sumber :
Syah, muhibbin. 2004.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar