PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Akhir Semester Matakuliah Penulisan Karya
Ilmiah
Oleh
La Ode Munir
Nim : 111411051
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2012
KATA PENGANTAR
Puji
sukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadiraat Allah SWT. Yang telah
memberikan anugerah dan karunianya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini.
Dengan
segalah kerendahan hati penulis ucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Dan karya ilmiah
ini dibuat untuk memenuh tugas mata kuliah penulisan karya ilmiah. Adapun judul
karya ilmiah ini adalah “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa”.
Akhirnya
penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat
kekeliruan. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca sangat diharapkan guna perbaikan dalam penyusan karya ilmiah
berikutnya.
Gorontalo, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1.
latar belakang...................................................................................... 1
1.2.
tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1
Pengertian Karakter ............................................................................. 3
2.2
Proses pembentukan karakter siswa..................................................... 5
2.3
Pola asuh orang tua yang baik dalam pembentukan karakter siswa..... 7
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 12
3.1
kesimpulan............................................................................................ 12
3.2
saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap seseorang, memiliki karakter atau kepribadian yang
berbeda beda. Karakter tersebut melekat atau ada pada diri seseorang dimulai
dari masa kecil, dewasa, hingga tua. Karakter tersebut pula merupakan sifat
yang nampak pada pribadi seseorang dan kerena terbentuk dalam waktu yang lama
serta sudah menjadi kebiasaan seseorang sehingga akan sulit untuk merubah atau
menghilangkan karakter tersebut.
Karakter ini pula terdiri dari karakter yang baik, dan
kerakter yang buruk. Baik karakter baik maupun karakter buruk tersebut,
terbentuk disebapkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor gen (hereditas), pola asuh dari orangtua
atau keluarga, pengaruh lingkungan (enfiroment),
serta faktor pergaulan pribadi tersebut.
Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk
mengembangkan kerya ilmiah dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penulisan karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan karakter ?
2.
Bagaimankah proses pembentukan karakter siswa?
3.
Bagaimana pola asuh orang tua yang baik
dalam pembentukan karakter siswa?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya ilmiah
ini adalah antara lain:
1.
Mengetahui penertian daripada karakter
dan pendidikan karakter
2.
Mengetahui fektor penyebab terbentuknya
karakter siswa
3.
Mengetahui pola asuh orang tua yang baik
dalam pembentukan karakter siswa
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan perilaku yang
khas tiap individu untuk hidup dan kerjasama, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang dapat membuat keputusan dan setiap pertaggungjawabkan setiap akibat dari
keputusanya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, adat istiadat, dan estetika.
Samani (2011:42) dapat menjelaskan bahwa “Karakter
merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata tata nilai interaksi
antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai
hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect),
kerja sama (cooperation), kebebasan
(freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggug jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity)”.
Scerenko (dalam Samani, 2011:42) mengemukakan bahwa “Karakter
merupakan atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi,
ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang suatu kelompok atau bangsa.
Sementara itu, The Free Dictionary dalam
situs onlinenya, yang dapat diunduh secara bebas mendefinisikan karakter
sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang atau
kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter, juga didefinisikan
sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri, atau kemampuan seseorang”.
Disamping itu, Amin (2011:3) Mengemukakan bahwa “Karakter/budi
pekerti menunjukan etika yang baik dan sangat ogen bagi diri seseorang agar
dirinya eksis pada waktu berhubungan dengan orang lain. Karakter/budi pekerti
adalah nilai-nilai yang khas, yang baik berbuat baik dalam kehidupan yang
berdampak positif atau baik bagi lingkungan tempat tinggalnya. Karakter/budi
pekerrti yang memancar dari olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa,
individu, kelompok, maupun masyarakat”.
Tafsir
(2011:12) juga dapat mengemukakan bahwa “Karakter adalah watak, sifat, atau
hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang
sangat abstrak yang ada pada diri seseorang, sering orang menyebutnya dengan
tabiat atau perangai. Dengan mengetahui adanya karakter, seorang dapat
memperkirakan reaksi-reaksi dirinya, terhadap berbagai fenomena yang muncul
dalam diri ataupun hubunganya dengan orang lain, dalam berbagai ke adaan, serta
sebagaimana mengendalikanya”.
Mengacu
pada berbagai pengertian tersebut, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai
dasar yang membangun pribadi seseorang terbentuk baik pengaruh lingkungan, yang
yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dengan sikap dan
perilakunya dalam kehidupanya sehari-hari.
2.2 Proses pembentukan
karakter siswa
Munir (2010:5) mengemukakan bahwa “Jika karakter
merupakan seratus persen turunan dari orang tua, tentu saja karakter tidak bisa
di bentuk. Ia merupakaan bawaan lahir seseorang. Namun, jika gen hanyalah salah
satu faktor pembentukan karakter, kita akan meyakini bahwa karakter bisa
dibentuk semenjak anak lahir”.
Dalam berbagai literatur, kebiasaan yang dilakukan secara
berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi
karakter seseorang. Gen hanya merupakan salah satu faktor penentu saja. Namun,
jangan pulah meremehkan faktor genetis ini. Meskipun satu-satunya penentu, ia
adalah penentu pertama yang melekat pada diri anak. Jika tidak ada proses
berikutnya, yang memiliki pengaruh kuat boleh jadi faktor genetik inilah yang
menjadi karakter anak.
Akan tetapi, kecenderungan saat ini, pendidikan yang
semula menjadi tanngung jawab keluarga sebagian besar diambil alih oleh sekolah
dan lembaga-lembaga sosial lainya. Begitu pula masyarakat juga mengambil peran
yang besar dalam pembentukan karakter.
Narwanti (2011:6) mengemukakan bahwa “Sekolah adalah
lembaga pendidikan yang paling depan dalam mengembangkan pendidikan karakter .
melalui sekolah, proses-proses pembentukan dan pengembangan karakter siswa
mudah dilihat dan ukur. Peran sekolah adalah memperkuat proses otonomi siswa.
Karakter dibangun secara konseptual dan pembiasaan dengan menggunakan pilar
moral, dan hendaknya memenuhi kaidah-kaidah tertentu”.
Sedangkan dalam pembentukan karakter muslim menyebutkan
beberapa kaidahpembentukan karakter sebagai berikut:
1.
kaidah kebertahapan
Proses
pembentukan dan pengembangan karakter harus dilakukan secara bertahap. Orang
tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai yang diinginkan secara tiba-tiba dan
instant. Namun ada tahap-tahap yang harus dilalui dengan sabar dan tidak
terburu-buru. Orientasi kegiatan ini adalah pada proses, bukan pada akhir.
Proses pendidikan adalah lama namun hasilnya paten.
2.
Kaidah kesinambungan
Seberapapun kecilnya porsi latihan yang
terpenting adalah kesinambunganya. Proses yang berkesinambungan inilah yang
nantinya membentuk rasa dan warnah berpikir seseorang yang lama-lama akan
menjadi kebiasaan dan seterusnya menjadi karakter pribadinya yang khas.
3.
Kaidah momentum
Penggunaan
berbagai momentum peristiwa untuk fungsi pendidikan dan latihan. Misalnya bulan
ramadhan untuk mengembangkan sifat sabar kemauan yang kuat , dermawan dan
sebagainya.
4.
Kaidah motivasi instrinsik
Karakter
yang kuat akan terbentuk sempurnah jika dorongan yang menyertainya benar-benar
lahir dari dalam diri sendiri. Jadi, proses merasakan sendiri, melakukan
sendiri, adalah pentig. Hal ini sesuai dengan kaidah umum bahwa mencoba sesuatu
akan berbeda hasilnya antara yang dilakukan sendiri dengan yang hanya dilihat
atau diperdengarkan saja. Pendidikan harus menamakan motivasi/keinginan yang
kuat dan lurus serta melibatkan aksi fisik yang nyata.
5.
Kaidah pembimbingan
Pembentukan
karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seorang guru/pembimbing. Kedudukan
seorang guru/pembimbing ini adalah untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan
seorang. Guru/pembimbing juga berfungsi sebagai unsur perekat, tempat curhat
dan sarana tukar pikiran bagi muridnya.
2.3 Pola Asuh Orang Tua
Yang Baik Dalam Pembentukan Karakter Siswa
Amin (2011:44) mengemukakan bahwa “Keluarga adalah
lingkungan yang paling utama untuk menentukan masadepan anak. Demikian pula
karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari dalam keluarga. Dalam hal ini
ibu merupakan peran utama, karena ibu yang melahirkan, sangat dekat dengan
anak, paling sayang dengan anak.”
Sebelum anak masuk sekolah, (pendidikan
formal) pendidikan yang pertama kali yang diberikan kepada anak adalah
pendidikan dalam keluarga. Walaupun sebelum itu anak dimasukan kedalam
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), namun peran pendidikan dalam keluarga sangat
menentukan karekter/budi pekerti anak.
Muhamad
Suwaid (dalam Amin, 2011:46) beberapa kebiasaan yang perlu diberikan kepada
anak antara lain:
a.
Orang tua mengajak anak mengikuti
pertemuan dengan orang dewasa, di mesjid, pertemuan-pertemuan yang direncanakan
tempatnya.
b.
Menyuruh melaksanakan tugas rumah,
melatih mandiri, menghargai waktu dan keuangan.
c.
Membiasakan mengucapkan salam. (setiap
salam adalah sunat terutama umat Muslim)
d.
Menjenguk anak yang sakit.
e.
Memilih teman yang baik, yang penting
teman yang berkelakuan baik.
f.
Melatih berdagang, jika anak ingin
mandiri nantiny.
g.
Menghadiri acara yang disyaratkan .
melatih anak agar semakin bermasyarakat.
Orang
tua yang menjalani kehidupan dengan anak-anak di rumah dalam waktu 24 jam sehari
semalam. Waktu 24 jam itulebih dari cukup untuk mendidik anak-anak, membiasakan
karakter yang baik kepada anak-anak membentuk budi pekerti/akhlak mulia kepada
anak-anak. Pendidikan semacam ini merupakan tanggung jawab orang tua
sepenuhnya. Disekolah anak-anak hanya mendapatkan pelajaran agama hanya 2 jam
pelajaran (2 x 45 menit = 90 menit) saja. Lebih banyak menekankan pada
pelajaran agama ketimbang pendidikan agama. Kebiasaan kebiasaan yang sejatinya
diberikan kepada orang tua, kepada anak-anaknya dalam rangka pendidikan
karakter/budi pekerti adalah:
a.
Kebiasaan mengenal tuhan dalam sebutan
sederhana dalam keseharian seperti Allah, Allahu Akbar.
b.
Kebiasaan sholat (sembahyang) berjamaah
dengan orang tua , selesai sholat bersalaman mencium tangan orang tua.
c.
Kebiasaan sopan santun kepada orang tua,
guru, anggota keluarga yang lebih tua, kepada saudara dalam rumah, dan kepada
tetangga.
d.
Kebiasaan meminta ijin bila hendak
keluar rumah, pergi kerumah teman untuk belajar, pergi kesekolah, pergi mengaji ke surau, ke
mesjid, kerumah guru mengaji.
e.
Kebiasaan mencium tangan orang tua bila
hendak kepergian.
f.
Kebiasaan menyayangi orang tua dan orang
tua menyayangi anak, itulah sifat Allah.
g.
Kebiasaan berjalan menunduk di hadapan
orang tua, di hadapan guru, di hadapan orang yang lebih tua,di hadapan
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama dll.
h.
Kebiasaan menyapa orang yang lebih tua dengan
sapaan yang menunjukan rasa hormat.
i.
Kebiasaan mendidik anak supaya jujur.
Disuruh belanja supaya jujur, bila ada uang kembali harus dikembalikan.
j.
Kebiasaan mendidik anak supaya amanah.
Di suruh menyampaikan pesan atau barang kepada tetangga supaya sampai
ketujuanya.
k.
Kebiasaan membantu pekerjaan orang tua
dirumah terutama anak perempuan.
l.
Kebiasaan kepada anak supaya tidak iri
hati kepada saudara sendiri.
Tanggung
jawab keluarga dalam mendidik anak karena dalam linkungan keluargalah
karakter/budi pekerti anak tumbuh lebih lebih awal. Beberapa alasan dibawah ini
cukup rasional bahwa pendidikan karakter/budi pekerti adalah tanggung jawab orang
tua.
Schulman dan Mekler (dalam Samani, 2011:141-143) bahwa
ada tiga fondasi pengembangan karakter, yaitu:
a. Penghayatan
atau internalisasi terhadap standar dari orang tua tentang yang benar dan yang
salah.
b. Pengembangan
sikap dan reaksi empati.
c. Pengembangan
dan pemerolehan standar moral sendiri.
Terkait
dengan fondasi pertama, apakah
internalisasi standar dari orang tua tentang yang benar dan yang salah, yang
baik dan yang buruk dapat dihayati oleh anak, sepenuhnya bergantung pada sikap
dan perilaku orang tua sebagai teladan, sebagai uswatun hasanah. Orang tua, termasuk guru, harus benar-benar dapat
menjadi contoh bagi anak, karena ia konsisten, istiqamah, dan menjalankan apa-apa yang baikdan tidak menjalani
apa-apa yang buruk. Hal yang paling penting disini adalah orang tua yang hangat
dan akrab (loving parents) jauh lebih
efektif sebagai teladan daripada orang tua yang ingin dan kurang perhatian pada
anak.
Fondasi kedua
adalah pengembangan rasa empati terhadap anak. Anak pada fitrahnya sudah
memiliki rasa empati sejak dia lahir. Pembiasaan dan penciptaan lingkungan oleh
orang tua-lah yang kemudian akan menimbulkan rasa empati itu.
Fondasi ketiga
adalah pengembangan dan pemerolehan standar moral bagi anak itu sendiri. Paling
akhir selayaknya kepekaan seseorang tentang apa-apa yang baik dan apa-apa yang
salah harus bersemayam dalam diri anak dan menjadi milik anak itu sendiri. Ia
harus memiliki standar tentang bagaimana seharusnya seseorang memperlakukan
orang lain dan menjadi orang seperti apa mereka nantinya. Dalam kaitan ini maka
tugas orang tua termasuk guru adalah memupuk rasa percaya diri anak agar selalu
memegang teguh serta mengembangkan standar
tentang yang baik dan yang buruk tersebut, sehingga dihayatinya sebagai
perilakunya sehari-hari. Kemudian diwujudkan dalam tindakan saat perinteraksi dengan sesama manusia,
berkomunikasi dengan tuhanya, dan interaksi dengan alam lingkungan disekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
berbagai uraian permasalahan mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap
pembentukan karakter siswa, maka penulis menyimpulkan bahwa karakter dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang terbentuk baik
pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dengan
sikap dan perilakunya dalam kehidupanya sehari-hari
kebiasaan
yang dilakukan secara berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan
pemahaman akan menjadi karakter seseorang. Gen hanya merupakan salah satu
faktor penentu saja. Namun, jangan pulah meremehkan faktor genetis ini.
Meskipun satu-satunya penentu, ia adalah penentu pertama yang melekat pada diri
anak.
Akan tetapi, kecenderungan saat ini, pendidikan yang
semula menjadi tanngung jawab keluarga sebagian besar diambil alih oleh sekolah
dan lembaga-lembaga sosial lainya. Begitu pula masyarakat juga mengambil peran
yang besar dalam pembentukan karakter.
Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan
masadepan anak. Demikian pula karakter/budi pekerti anak yang baik dimulai dari
dalam keluarga. Dalam hal ini ibu merupakan peran utama, karena ibu yang
melahirkan, sangat dekat dengan anak, paling sayang dengan anak.
3.2 Saran
Adapun saran dari penulisan karya tulis ilmiah ini agar pembaca dapat memberi
ilmu pengetahuan sesuai dengan judul tentang pengaruh pola asuh orang tua
terhadap penbemtukan karakter siswa. Penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kepada pembaca bisa memberi saran dan
masukan kepada karya tulis ilmiah ini
untuk membangun dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.
Maswardi. 2011. Pendidikan Karakter Anak
Bangsa. Tanjungpinang: Baduose
Media.
Aqib, Zainal dan
Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi
Pendidikan Karakter.
Bandung: Yrama Widya
Majid,
Abdul dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan
karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak
Sejak dari Rumah.
Yogyakarta. Pedagogia.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Familia.
Nurishan, J. Achmad.
2009. Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling.
Bandung: Refika Aditama
Samani, Muchlas dan
Hariyanto. 2011. Konsep dan Model
Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soedarsono, Soemarno.
2002. Character Building Membentuk Watak.
Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sudewo, Arie. 2011. Chracter Building. Jakarta: Republik,
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2011. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya